Pontren MINHAJUT THOLABAH Kembangan Bukateja Purbalingga

Mencetak Generasi yang Islamy, Intelektual, Berakhlaqul karimah dan berwawasan Ahlussunnah Wal Jama'ah

BELAJAR DARI SECANGKIR KOPI

2 Komentar

 Waktu subuh tinggal beberapa menit lagi,mataku masih bersinar terang tanda belum ada tanda-tanda ngantuk. Untuk mengusir hawa dingin aku coba memanaskan air sambil aku lihat persedian kopi dilaci, Alhamdulillah masih ada. Tak perlu waktu lama segelas kopi harum sudah bisa aku nikmati. Entah darimana datangnya, tiba-tiba aku ingin membaca cersil kho ping ho kesukaan waktu aku masih remaja, jemariku segera mengetik alamat sebuah blog penyedia ebook cersil kho ping ho.

Dalam proses memilah-milah judul mata saya file dengan tulisan “Belajar Dari Kopi”, aku tertarik untuk melihat isinya, ternyata isinya memang bagus, kira-kira begini isinya; 

Ada sebuah simulasi, 3 panci diatas kompor, panci pertama diisi wortel, panci kedua diisi telur dan panci ketiga diisi kopi. Ketiga-tiganya sama-sama direbuh selama 15 menit,dan lihatlah yang terjadi, wortel sebelum masuk panci keadaannya agak keras,setelah 15 menit direbus,wortel tersebut menjadi lembek. Beda lagi dengan keadaan telur, awalnya dia cair didalamnya, namun setelah 15 menit didalam panci, dia berubah menjadi keras. Dan bagaimana dengan nasib kopi? Berbeda dengan kedua kawannya, wujud kopi hilang, dia  menyatu dengan air dan jadilah wedang kopi yang harum dan menggugah selera.

Coba kita hubungkan dengan keadaan kita, anggaplah air yang mendidih itu adalah ujian atau cobaan hidup kita didunia. Kita sebagai manusia ada yang memiliki sifat tegar, optimistis, namun kala ujian menerpa jiwa kita luruh, hanyut, mental kita menjadi loyo, lembek, tak berdaya, kita menyerah kalah tanpa perlawanan oleh keadaan. Tiba-tiba kita menjadi pendiam, menutup diri.

Ada lagi manusia yang tadinya berjiwa lembut, penuh cinta kasih, tapi tak jauh beda dengan jiwa yang pertama, manakala ia dihadapkan pada ujian Alloh, jiwanya tak mampu meski hanya sekedar bertahan, ini diwakili oleh telur, yang tadinya berupa wujud cair,setelah 15 menit direbus,ia menjadi keras, begitulah….. ketika hidup kita mapan, anak-istri hidup rukun tak kurang suatu apa, bisnis lancer bahkan berkembang pesat, kita benar-benar menjadi “manusia” yang di “manusiakan”,namun saat giliran ujian kehilangan dan kekurangan menyambangi, kita menjadi angkuh, sombong, tidak lagi percaya dengan keadilan Alloh.

Yang ketiga adalah jiwa seperti kopi, dia tidak terlalu terpengaruh dengan keadaan, tapi sebaliknya, dialah yang mempengaruhi keadaan, keadaan yang kurang mengenakkan, diterimanya sebagai suatu kewajaran, semua taqdir-Nya baik yang baik atau pun buruk diterimanya dnegan lapang dada, akhirnya ia bisa mengubah keadaan.

Kadang kehidupan tidak banyak memberikan banyak pilihan kepada kita, kadang keadaan tidak seperti yang kita harapkan. Menerima keadaan secara wajar, lalu berusaha dan berdo’a untuk perbaikan adalah langkah yang baik untuk kita tunaikan sebagai hamba Alloh.

(ABI FARAH)

Penulis: minhajuttholabah

Mencetak generasi yang Islami, Intelektual, berwawasan luas dan Berakhlaqul Karimah serta menanamkan nilai-nilai Ahlussunah Wal Jama'ah

2 thoughts on “BELAJAR DARI SECANGKIR KOPI

coment......